Selasa, 20 November 2012

Fi’il Mudhari’ Manshub sebab Amil Nawashib LAN, KAY, AN (لن كي أن) » Alfiyah bait 677-678

وَبِلَنْ انْصِبْهُ وَكَيْ كَذَا بِأَنْ ¤ لا بَعْدَ عِلْمٍ وَالّتِي مِنْ بَعْدِ ظَنِ

Nashabkanlah terhadap Fi’il Mudhari’ sebab dimasuki Lan atau Kay, atau juga dimasuki AN yg tidak berada setelah Ilm (Fi’il makna yaqin). Adapun An yg berada setelah Zhann (Fi’il makna sangkaan)…
فَانْصِبْ بِهَا وَالرَّفْعَ صَحِّحْ وَاعْتَقِدْ ¤ تَخْفِيفَهَا مِنْ أنَّ فَهْوَ مُطَّرِدْ

maka bolehlah menashabkannya atau lebih baik tetap merofa’kannya. Dan nyatakanlah (bahwa AN yg tetap merofa’kan Fi’il Mudhari’ tsb) sebagai Takhfif dari ANNA, demikian ini yg “Muththarid” (yg banyak ditemukan dalam Kalam Arab).

–·•Ο•·–

Menerangkan bagian kedua dari keadaan I’rob Fi’il Mudhari’, yaitu Fi’il Mudhari’ Manshub/dinashabkan sebab dimasuki oleh salah satu Amil dari Amil-amil Nawashib yang berupa :

1. LAN Nafi Mustaqbal.
2. KAY Mashdariyah.
3. AN Mashdariyah.
4. IDZAN Mashdariyah. (dijelaskan pada bait selanjutnya)

1. LAN (tidak akan)

Adalah huruf Nafi Mustaqbal berfungsi meniadakan peristiwa/pekerjaan akan datang, yakni apabila masuk pada Fi’il Mudhari’ maka tertentu pada zaman Istiqbal (akan datang).

Contoh Ayat dalam Al-Qur’an :
قَالُوا لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوسَى

Qooluu LAN NABROHA ‘alaihi ‘aakifiina hattaa yarji’u ilainaa muusaa = ” Mereka menjawab: “Kami AKAN TETAP menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami.” (QS. Thoha : 91)

I’rob

Lafazh LAN NABROHA (artinya: tidak akan berhenti / akan tetap):
LAN = huruf Nafi Istiqbal dan Amil Nashab.
NABROHA = Fi’il Mudhari Manshub, tanda nashabnya Fathah zhahir. Termasuk dari saudara Kaana. Isimnya berupa dhamir mustatir wujuban takdirnya “Nahnu”, dan khobarnya adalah lafazh “Aakifiina”.

Terkadang pada LAN tsb dimasuki Hamzah Istifham yg berfaidah Ingkar, contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُنْزَلِينَ

ALAN YAKFIYAKUM an yumiddakum robbukum bi tsalaatsati aalaafin minal-malaa’ikati munzaliin = “APAKAH TIDAK CUKUP BAGI KAMU Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” (QS. Ali Imran : 124).

I’rob :

LAN = Huruf Nafi, dan Amil Nashob.
YAKFIYA = Fi’il Mudhari’ Manshub.
KUM = Huruf “Kaf” Dhamir Muttashil mahal Nashab menjadi Maf’ul Bih, huruf “Mim” tanda jamak.
AN YUMIDDAKUM = ta’wil mashdar mahal rofa’ manjadi Faa’il.

2. KAY (supaya)

Termasuk dari huruf Mashdariyah, tanda Kay Masdariyah disini adalah diawali dengan Lam Ta’lil (lam yg berfungsi sebagai penjelasan/alasan/agar), contoh:
تعلم لكي تفيدَ وتستفيدَ

TA’ALLAM LIKAY TAFIIDA WA TASTAFIIDA = belajarlah agar supaya kamu dapat memberi manfa’at dan mengambil manfaat.

Contoh Ayat dalam Alqur’an :
لِكَيْلَا تَأْسَوْا

LIKAYLAA TA’SAW = agar supaya kamu jangan berduka cita (QS. Al-hadiid 23)

I’rob :

LIKAYLAA = LI huruf jar, KAY huruf mashdariyah dan amil nawashib, LAA huruf Nafi.
TA’SAW = Fi’il Mudhari’ Manshub sebab dimasuki KAY, tanda nashabnya dengan membuang Nun karena termasuk dari Af’alul Khomasa/Fi’il yg Lima. Waw adalah dhamir jamak muttashil marfu’ manjadi Faa’il. Jumlah KAY berikut kalimat sesudahnya adalah jumlah takwil mashdar majrur sebab huruf jar LI. Takdirannya “LI ‘ADAMI ASAAKUM”

Berbeda dengan KAY Ta’liliyah sebagai Amil Jarr bukan sebagai Amil Nashab, dimana telah dijelaskan keterangannya pada Bab Huruf-huruf Jar, yakni Fi’il Mudhari’ yg nashab setelah KAY ta’liliyah tsb sebenarnya dinashabkan oleh AN yg disimpan ataupun yg dizhahirkan. Tanda-tanda KAY Ta’liliyah adalah apabila setelahnya ada AN atau Lam-nya yg diakhirkan.

Contoh mengakhirkan Lam :
جئت كي لأتعلم

JI’TU KAY LI ATA’ALLAMA = aku datang untuk belajar

Contoh setelahnya ada AN :
جئت كي أن أتعلمَ

JI’TU KAY AN ATA’ALLAMA = aku datang untuk belajar

Apabila sebelum KAY tidak ada Lam atau setelahnya tidak ada AN, maka boleh sebagai KAY Mashdariyah dengan pertimbangan mentakdir Lam di sebelumnya, atau boleh dijadikan sebagai KAY Ta’liliyah dengan mentakdir AN di sesudahnya.

Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
فَرَدَدْنَاهُ إِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ

FARODADNAAHU ILAA UMMIHII KAY TAQORRO ‘AINUHAA WALAA TAHZANA = Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita (QS. Al-Qashash 13)

I’rob :
KAY TAQORRO = KAY: boleh sebagai Kay Mashdariyah atau Kay Ta’liliyah. TAQORRO: Fi’il Mudhari’ boleh dinashabkan oleh Kay Mashdariyah. Atau boleh dinashobkan oleh AN yg ditakdir, susunan AN+Fi’il Mudhari disini adalah Takwil mashdar dijarkan oleh KAY Ta’liliyah.

Apabila sebelum KAY ada Lam atau setelahnya ada AN, maka boleh juga sebagai KAY Mashdariyah yg menashabkan Fiil Mudhari dan AN sebagai Taukid, atau yg lebih baik dijadikan sebagai KAY Ta’liliyah sebagai taukid bagi Lam sebelumnya, dan yg menashabkan Fi’il Mudhari’ tsb adalah AN.

3. AN

Adalah huruf Mashdariyah. Termasuk Amil Nashab yg paling kuat, sebab dapat beramal baik secara Zhahir maupun Taqdir. Juga Amil Nashab yg paling banyak ditemukan di dalam Al-Qur’an. Konsepsi dari AN Masdariyah ini adalah : bahwa AN berikut Shilahnya ditakwil mashdar yg menempati posisi I’rob pada susunan kalam, seperti contoh:
الغيبة أن تذكر أخاك بما يكره

Al-ghiibatu AN TADZKURO akhooka bimaa yukrohu = Ghibah adalah menyebut perilah saudaramu dengan suatu yg dibenci.

I’rob:
AN = huruf masydariyah dan amil nashab
TADZKURO = fiil mudhari manshub.
AN + TADZKURO = takwil mashdar dalam posisi menjadi khobar, takdirannya adalah :
الغيبة ذكرك أخاك بما يكره

Al-Ghiibatu DZIKRUKA akhooka bimaa yukrohu.

Perlu juga diketahui perihal tiga keadaan pada lafazh AN yg dalam hal ini:

1. AN yg diawali dengan Kalimah yg menunjukkan makna yaqin, semisal ALIMA dkk. AN disini disebut AN mukhaffafah dari ANNA yg termasuk dari amil nawasikh menashabkan isimnya dan merofa’kan khobarnya. Maka AN dalam hal ini mempunyai tiga hukum

Isimnya berupa Dhamir Syaen yg terbuang.
Fi’il Mudhari’ yg ada setelahnya tetap Rofa’.
Umumnya ada Fashl/pemisah antara Fi’il Mudhari dan AN, dengan salah-satu huruf pemisah yg empat sebagaimana telah disebutkan pada Bab INNA dan saudara-saudaranya. Pemisahan ini bertujuan untuk membedakan antara AN mukhaffafah dengan AN Mashdariyah. Contoh:

أيقنت أن سيندم الظالمون

Ayqantu AN SAYANDAMU azh-Zhaalimuun = Aku meyakini bahwa orang-orang yg zalim pasti akan menyesal.

Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى

Alima AN SAYAKUUNU minkum mardhoo = Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit (QS. Al Muzammil 20)

I’rob :
AN = Mukhaffafah dari ANNA, Isimnya berupa dhamir syaen yg dibuang.
SA = huruf tanfis (huruf istiqbal) sebagai fashl.
YAKUUNU = Fi’il Mudhari’ Marfu’ tanda rofa’nya dengan dhammah, termasuk Fi’il Naqish (tidak tamm) yakni merofa’kan isimnya dan menashabkan khobarnya.
MINKUM = Khobarnya Yakuunu yg muqoddam.
MARDHOO = Isimnya Yakuunu yg muakhkhor.
Jumlah Yakuunu+Isim+khobar = Khobarnya AN Mukhoffafah.

2. AN yg diawali dengan Kalimah yg menunjukkan makna zhann/rujhaan, semisal ZHONNA, KHOOLA, HASIBA dkk. Boleh AN disini disebut AN mukhaffafah dari ANNA yg menetapkan Fi’il Mudhari’ Marfu’ berikut ketiga hukum diatas. Dan yg banyak digunkan dan rojih adalah sebagai AN mashdariyah yg menashobkan Fi’il Mudhari’ demikian ini untuk menetapkan asal Zhann pada batasannya. Sedangkan menetapkan merofa’kan Fi’il Mudhari’ dapat memastikan pada makna Yakin.

Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
وَحَسِبُوا أَلَّا تَكُونَ فِتْنَةٌ

WAHASIBUU ALLAA (AN LAA) TAKUUNA FITNATUN = Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencanapun (QS. Al-Maidah 71).

I’rob :
TAKUUNA =

(1). Qiro’at Abu Amr dan Hamzah berikut Al-Kasaa’i merofa’kan TAKUUNU dg menjadikan AN mukhaffafah dan HASIBUU bermakna Yakin karena AN Takhfif berfungsi Taukid sedang Taukid tidak terjadi kecuali bersamaan dg makna Yakin.

(2). Qiro’at yg empat selain Abu Amr dan Hamzah menashabkan TAKUUNA sebagai Amil Nashab pada Fiil Mudhari’ dan HASIBUU bermakna Zhann/sangkaan. Karena AN yg menashobkan bukanlah sebagai Taukid bahkan sesuatu yg diawali dg AN ini boleh saja akan terjadi ataupun tidak terjadi.

3. AN yg tidak diawali kalimah makna Yakin ataupun makna Zhan, yaitu sebagai kalam yg menunjukkan atas keraguan, harapan, atau keinginan. AN dalam penggunaan seperti ini adalah wajib menashabkan Fi’il Mudori’, contoh :
أرجو أن ينتصر الحق

ARJUU AN YANTISHIRO AL-HAQQ = aku berharap yang benar akan menang.

Contoh Ayat dalam Al-Qur’an:
وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ

Walladzii athma’u AN YAGHFIRO lii khothii’atii yaumad-diin = dan Yang amat kuinginkan AKAN MENGAMPUNI kesalahanku pada hari kiamat (QS. Asy-Syuaraa’ 82)

I’rob :
AN = Huruf Mashdariyah Amil Nashab
YAGHFIRO = Fi’il Mudhari’ Manshub oleh AN.

Para Nuhat Menyebut AN MASHDARIYAH untuk membedakan dengan AN Mukhoffafah/Takhfif, AN Mufassiroh/Tafsiriyah dan AN Zaidah.
Pengertian AN Mashdariyah sebagaimana keterangan diatas.

AN Mufassiroh digunakan sebagai penafsiran atau penerangan kalam sebelumnya. AN dalam hal ini bermakan AY Mufassiroh (Artinya/Tafsirannya/Yakni/). Biasanya diawali dengan jumlah yg didalamnya mengandung makna Qaul yg bukan huruf Qaul (bukan dari ejaan lafazh Qoul), contoh dalam Ayat Al-Qur’an:
إِذْ أَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّكَ مَا يُوحَى, أَنِ اقْذِفِيهِ فِي التَّابُوتِ فَاقْذِفِيهِ فِي الْيَمِّ

Idz awhaynaa ilaa ummika maa yuuhaa, AN IQDZIFIIHI fit-tabuuti faqdzifiihi fil-yammi = yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, Yaitu: “Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil) (QS, Thohaa 38-39)

I’rob :
IDZ AWHAYNAA = jumlah Qoul yg bukan dari ejaan Qoul.
MAA YUUHAA = bentuk dari Qoul
IQDZIFIIHI FIL-YAMMI = tafsir dari bentuk Qoul, adalah jumlah tafsir yg jatuh setelah AN tafsiriyah di-I’rob sebagai Badal atau Athaf Bayan dari Kalimah yg ditafsiri.

AN Zaidah, yaitu jatuh sesudah lafazh LAMMA yg bermakna HIINUN (ketika/tatkala), contoh Ayat dalam Al-qur’an :
فَلَمَّا أَن جَاء الْبَشِيرُ

Fa lammaa AN jaa’al-basyiiru = Tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu (QS. Yusuf 96)
وَلَمَّا أَنْ جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ

Wa lammaa AN jaa’at rusulunaa luuthan sii’a bihim = Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah karena (kedatangan) mereka (QS. Al-’Ankabut 33)

Atau bersambung dengan LAW, contoh :
وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا

Wa ALLAW (AN+LAW) istaqoomuu ‘alath-thoriiqoti la asqoynaahum maa’an ghadaqoo. = Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). (QS. Al-Jin 16)

AN Zaidah dalam hal ini tetap mempunyai faidah makna yakni sebagai taukid.

Sebagaimana AN yg masuk pada Fi’il Mudhari’, AN juga bisa masuk pada Fi’il Madhi ataupun Fi’il Amar, namun AN disini tidak memberi bekas I’rob pada kedua Fi’il tsb yakni tidak akan menjadi mahal Nashab karenanya, dan juga tidak akan merubah Zamannya.

Contoh AN masuk pada Fi’il Madhi :
لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا

Laulaa AN MANNA allahu ‘alainaa lakhosafa binaa = kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). (QS. Al-Qashash 82)

Contoh AN masuk pada Fi’il Amar :
أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ

AN I’MAL saabighaatin = (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar (QS. Saba’ 11).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar