Selasa, 20 November 2012

Pengertian Zhorof Maf’ul Fih » Alfiyah Bait 303

–·•Ο•·–

المفعول فيه وهو المسمى ظرفا

Bab Maf’ul Fih yg disebut Zharaf
اَلظَّرْفُ وقتٌ أَوْ مَكَانٌ ضُمِّنَا ¤ فِي بِاطِّرَادٍ كَهُنَا امْكُثْ أَزْمُنَا

Zhorof adalah waktu atau tempat yg menyimpan makna “FI/di” secara Muth-thorid/kontinu, contoh: “UMKUTS HUNAA AZMUNAA” = “tinggalah di sini beberapa waktu..!”

–·•Ο•·–

Pengertian Maf’ul Fih atau Zhorof adalah: Isim Zaman atau Isim Makan yg menyimpan makna FI/di secara Muththorid/kontinu.

Contoh Maf’ul Fih dari Isim Zaman:
سافرت يوم الخميس

SAAFARTU YAUMAL-KHOMISI = aku bepergian di hari kamis.

Contoh Maf’ul Fihi dari Isim Makan:
صليت خلف مقام إبراهيم

SHOLLAITU KHOLFA MAQOOMI IBROOHIIM = aku shalat di belakang Maqom Ibrohim.

Lafazh YAUMA Isim Zaman dan Lafazh KHOLFA Isim Makan, keduanya menyimpan makna FI/DI. Disebut Zharaf Zaman karena menerangkan waktu pekerjaan terjadi, dan disebut Zhorof Makan menerangkan tempat pekerjaan terjadi.

Disyaratkan juga bahwa Isim Zaman atau Isim Makan tersebut harus Muththorid dalam menyimpan makna FI/DI yakni tetap permanen menyimpan makna FI dalam situasi berbagai macam pekerjaan/fi’il yg masuk, seperti contoh:
سافرت أو قدمت أو صمت أو خرجت يوم الخميس

Aku bepergian, datang, puasa, keluar,… DI HARI KAMIS.

Contoh Maf’ul Fih-Zhorof Zaman/Makan, dalam Al-Qur’an:
أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ

Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main (QS Yusuf :12)
وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَــها

dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. (QS. Al-An’am :92)

1. Keluar dari definisi Isim Zaman atau Isim Makan, yaitu kalimah yg juga menyimpan makna FI tapi bukan Isim Zaman dan bukan Isim Makan. Contoh FirmanNya:
وَتَرْغَبُونَ أَنْ تَنْكِحُوهُنَّ

WA TARGHOBUUNA AN TANKIHUUHUNNA
sedang kamu ingin mengawini mereka (QS. Annisa’ :127)

lafazh ” AN TANKIHUUHUNNA” adalah kalimah ta’wil masdar yg menyimpan makna FI/di. Karena takdir ta’wil masdarnya adalah: وترغبون في نكاحهن = WA TARGHOBUUNA FI NIKAAHIHINNA.
Maka lafazh ” AN TANKIHUUHUNNA” tidak nashob sebagai Zharaf karena bukan Isim Zaman dan bukan Isim Makan.

2. Keluar dari definisi menyimpan makna FI/di, yaitu Isim Zaman/Makan yg tidak menyimpan makan FI/di. Demikian apabila terjadi sebagai Mubtada’ atau Khobar atau Maf’ul Bih, dll. Contoh:
يوم الجمعة يوم مبارك

YAUMUL JUM’ATI YAUMUN MUBAAROK = Hari Jum’at adalah Hari yg diberkati.

Kedua Lafazh “YAUMU” pertama sebagai Mubtada’ dan kedua sebagai Khobar.

Contoh Firman Allah:
وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْآزِفَةِ

WA ANDZIRHUM YAUMAL-AAZIFAH* = Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat) (QS. Al-mu’min : 18)

*lafazh “YAUMA” dinashobkan sebagai Maf’ul Bih oleh Fi’il “ANDHIR”

3. Keluar dari definisi secara Muththorid/kontinu yaitu Isim Zaman/Makan yg tidak Muththorid dalam menyimpan makna FI/DI. Contoh:
دخلت البيت و سكنت الدار

DAKHOLTU AL-BAITA, WA SAKANTU AD-DAARO = aku masuk kedalam rumah, aku tinggal di rumah.

Lafazh “AL-BAITA” dan “AD-DAARO” adalah Isim Makan menyimpan makna FI tapi tidak Muththorid/kontinu yakni tidak pantas menyimpan FI untuk semua Fi’il yg masuk, kerena itu tidak boleh mengatakan: نمت البيت – جلست الدار NIMTU AL-BAITA – JALASTU AD-DAARO dengan maksud menyimpan makna FI. Berbeda dengan masuknya fi’il “DAKHOLA” atau “SAKANA” yg mana keduanya terkadang berlaku muta’addi sindirinya dan terkadang berlaku muta’addi sebab huruf Jar. Maka Lafazh “AL-BAITA” dan “AD-DAARO” pada contoh (DAKHOLTU AL-BAITA, WA SAKANTU AD-DAARO) tidaklah nashob sebagai Zharaf akan tetapi sebagai Maf’ul Bih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar